Nama : Ihsan Ernanto Putera
Kelas : 1KB07
Dosen : Ahmad Nasher
SALAH LANGKAH BERAKIBAT FATAL
Ihsan Ernanto Putera lahir di
Jakarta 15 Oktober 1999 biasa dipanggil Ihsan, ya itulah nama dan tempat
tanggal lahir saya, saya memiliki 1 saudara kandung laki-laki yang umurnya 4
tahun lebih tua. Kedua orang tua saya berasal dari Jawa Timur namun berbeda
wilayah lebih tepatnya Ibu saya dari Surabaya dan Bapak saya dari Madiun.
Menginjak
sekitar umur 4 tahun saya mulai mengenyam pendidikan pertama saya yaitu
taman kanak-kanak atau biasa di singkat
TK, nama TKnya adalah TK Alwathoniya TK terdekat dari rumah, yang masih saya
ingat pada saat menginjak tingkatan pertama di TK saya tidak ingin dipisahkan
oleh ibu saya saat di kelas, sehingga ibu saya selalu menemani saya saat
kegiatan belajar mengajar, di kelas tersebut hanya saya
yang membawa orang tua masuk ke kelasnya, wajar saja pikiran yang ada pada anak
kecil sangat jauh berbeda dengan orang dewasa saya pun menyadarinya hingga
saat ini... namun setelah tingkat kedua guru saya memaksa untuk memasuki kelas
tanpa didampingin orang tua, pada akhirnya saya pun lama kelamaan beradaptasi
dan mulai berani untuk menjadi anak yang mandiri.
Setelah
berhasil melewatkan 2 tingkat di taman kanak-kanak akhirnya saya lulus dan
saatnya mencari sekolah selanjunya ditingkat Sekolah Dasar, disaat inilah saya
tidak ingin masuk di sekolah lain kecuali sekolah yang saya inginkan, disaat
penerimaan awalnya nama saya tidak tercantum di daftar alias tidak diterima,
demi anaknya sekolah orang tua saya mengusahakan dengan cara apapun agar saya
dapat diterima di sekolah yang saya inginkan, akhirnya saya berhasil diterima dan bersekolah di
SD yang saya inginkan yakni SDN 02 Duren Sawit, entah dengan cara apa yang orang tua saya lakukan sehingga saya bisa lolos di sekolah tersebut hingga saat ini masih menjadi misteri yagn belum terpecahkan, di sekolah ini sangat menyenangkan
dan membuat banyak sejarah yang tak akan bisa dilupakan sampai kapanpun, terbayang
begitu indahnya masa-masa di Sekolah Dasar yang tercinta ini.
Setelah
6 tahun belajar di sekolah dasar tercinta akhirnya saya lulus dan diterima di
SMPN 167 Jakarta, disinilah kesalahan fatal yang saya lakukan saat mengenyam pendidikan, sebagian besar siswa di SMP ini memang tidak mendukung di bidang
akademis dan saya pun ikut terjebak dalam pergaulan tersebut yang mengakibatkan kerugian besar pada diri saya dan tertinggalnya materi pelajaran terutama pelajaran Matmatika, karena pelajaran
tersebut akan sangat sulit bila dasarnya saja tidak paham, yang saya rasakan
saat itu adalah terasa sia-sia sekolah 3 tahun akibat ulah saya sendiri.
Beruntung pada saat itu saya masih dapat mengikuti pelajaran walaupun hanya
bermodalkan nalar dan logika serta ilmu yang tersisa dari Sekolah Dasar.
Akhirnya
setelah melewati Ujian Nasional dan mengikuti psb online, beberapa sekolah
membuang saya dengan tega namun salah satu sekolah negeri yang sangat saya
syukuri masih dapat menampung saya yang memiliki nilai tidak terlalu tinggi,
yakni SMAN 100 Jakarta, disini kenangan menyenangkan dan buruk juga banyak
terjadi namun jauh lebih baik dari kenangan di SMP lalu, beberapa kejadian unik
dan yang tidak bisa dilupakan sangaat banyak di masa ini, mulai dari dipanggil
guru BK hingga mengikuti lomba paskibraka walaupun tidak meraih juara sama
sekali.
Setelah
melewatkan masa SMA saatnya menginjak pendidikan yang lebih tinggi, niat dari
awal setelah lulus SMA adalah masuk di perguruan tinggi kedinasan, saya sangat
meremehkan PTN pada saat itu yang saya lakukan hanya mengikuti SBMPTN (Seleksi
bersama masuk perguruan tinggi negeri) dan hasilnya tidak ada satupun PTN pilihan
saya yang lolos, tidak ada rasa kecewa sama sekali saat itu karena memang tidak
ada niat kuliah selain di perguruan tinggi kedinasan, 2 perguruan tinggi
kedinasan yang saya pilih dengan senang hati yakni STPI Curug (Sekolah Tinggi
Penerbangan Indonesia) dan STP Jakarta (Sekolah Tinggi Perikanan), kebetulan STP
tidak masuk dalam program sipencatar sehingga saya bisa memilih kedua sekolah
tersebut di tahun yang sama. Tes demi tes saya lalui kedua sekolah kedinasan
yang saya pilih tersebut hingga akhirnya pengumuman hasil tes kesehatan di STPI
dan nomor saya sudah hilang begitu saja dalam daftar nama catar (calon taruna),
sedikit kecewa namun masih semangat karena masih ada cadangan di STP Jakarta.
Setelah
memasuki tahap wawancara dan berhasil tanpa terbata-bata saat di wawancarai,
saya merasa yakin akan lolos dan kelak menjadi seorang taruna di STP Jakarta,
namun harapan saya berbeda 180 derajat, setelah pengumuman akhir nomor pendaftaran
saya tidak muncul alias gagal dalam tes tahap wawancara, disinilah saya mulai
kecewa dan akan tetap bertekad sekolah di perguruan tinggi kedinasan tanpa
kecuali, akhirnya orang tua saya memberikan saya nasihat dan saya pun sadar
akan sangat meruginya diri saya bila menunggu satu tahun untuk pembukaan PTK
itupun juga belum pasti akan lolos karena sudah pasti sainganya akan jauh lebih berat dikarenakan ada angkatan yang lulus di tahun 2018, akhirnya hati saya mulai
terbuka mencari jurusan yang saya minati, terpilihlah jurusan Sistem Komputer
di Gunadarma, setelah melalui jalur tes dan mendapatkan predikat A dimana uang
per-smester lebih murah dari predikat dibawahnya, namun tidak bila dibandingkan
dengan beasiswa dan peserta yang mendaftar awal-awal setelah pembukaan. Mungkin
itulah jalan yang terbaik untuk saya, karena apa yang dianggap baik di mata kita belum tentu
baik di mata Tuhan.
KESIMPULAN : Dalam pengalaman yang saya alami sangat banyak pelajaran yang
dapat kita petik terutama janganlah mudah terpengaruh terhadap lingkungan yang
buruk di sekitar kita, tetaplah berpegang teguh pada tujuan awal yang kita inginkan, jangan sia-siakan waktu yang kita miliki sebelum penyesalan datang dan yang terpenting adalah selalu berdoa dan meminta perlindungan kepada Tuhan YME.
Sumber :
Ihsan Ernanto P
No comments:
Post a Comment