Tuesday, March 6, 2018

STORY OF MY LIFE (Biography)


Nama    : Ihsan Ernanto Putera
Kelas     : 1KB07
Dosen   : Ahmad Nasher




SALAH LANGKAH BERAKIBAT FATAL


Ihsan Ernanto Putera lahir di Jakarta 15 Oktober 1999 biasa dipanggil Ihsan, ya itulah nama dan tempat tanggal lahir saya, saya memiliki 1 saudara kandung laki-laki yang umurnya 4 tahun lebih tua. Kedua orang tua saya berasal dari Jawa Timur namun berbeda wilayah lebih tepatnya Ibu saya dari Surabaya dan Bapak saya dari Madiun.

               Menginjak sekitar umur 4 tahun saya mulai mengenyam pendidikan pertama saya yaitu taman  kanak-kanak atau biasa di singkat TK, nama TKnya adalah TK Alwathoniya TK terdekat dari rumah, yang masih saya ingat pada saat menginjak tingkatan pertama di TK saya tidak ingin dipisahkan oleh ibu saya saat di kelas, sehingga ibu saya selalu menemani saya saat kegiatan belajar mengajar, di kelas tersebut hanya saya yang membawa orang tua masuk ke kelasnya, wajar saja pikiran yang ada pada anak kecil sangat jauh berbeda dengan orang dewasa saya pun menyadarinya hingga saat ini... namun setelah tingkat kedua guru saya memaksa untuk memasuki kelas tanpa didampingin orang tua, pada akhirnya saya pun lama kelamaan beradaptasi dan mulai berani untuk menjadi anak yang mandiri.

                Setelah berhasil melewatkan 2 tingkat di taman kanak-kanak akhirnya saya lulus dan saatnya mencari sekolah selanjunya ditingkat Sekolah Dasar, disaat inilah saya tidak ingin masuk di sekolah lain kecuali sekolah yang saya inginkan, disaat penerimaan awalnya nama saya tidak tercantum di daftar alias tidak diterima, demi anaknya sekolah orang tua saya mengusahakan dengan cara apapun agar saya dapat diterima di sekolah yang saya inginkan, akhirnya saya berhasil diterima dan  bersekolah di SD yang saya inginkan yakni SDN 02 Duren Sawit, entah dengan cara apa yang orang tua saya lakukan sehingga saya bisa lolos di sekolah tersebut hingga saat ini masih menjadi misteri yagn belum terpecahkan, di sekolah ini sangat menyenangkan dan membuat banyak sejarah yang tak akan bisa dilupakan sampai kapanpun, terbayang begitu indahnya masa-masa di Sekolah Dasar yang tercinta ini.

                Setelah 6 tahun belajar di sekolah dasar tercinta akhirnya saya lulus dan diterima di SMPN 167 Jakarta, disinilah kesalahan fatal yang saya lakukan saat mengenyam pendidikan, sebagian besar siswa di SMP ini memang tidak mendukung di bidang akademis dan saya pun ikut terjebak dalam pergaulan tersebut yang mengakibatkan kerugian besar pada diri saya dan tertinggalnya materi pelajaran terutama pelajaran Matmatika, karena pelajaran tersebut akan sangat sulit bila dasarnya saja tidak paham, yang saya rasakan saat itu adalah terasa sia-sia sekolah 3 tahun akibat ulah saya sendiri. Beruntung pada saat itu saya masih dapat mengikuti pelajaran walaupun hanya bermodalkan nalar dan logika serta ilmu yang tersisa dari Sekolah Dasar.

                Akhirnya setelah melewati Ujian Nasional dan mengikuti psb online, beberapa sekolah membuang saya dengan tega namun salah satu sekolah negeri yang sangat saya syukuri masih dapat menampung saya yang memiliki nilai tidak terlalu tinggi, yakni SMAN 100 Jakarta, disini kenangan menyenangkan dan buruk juga banyak terjadi namun jauh lebih baik dari kenangan di SMP lalu, beberapa kejadian unik dan yang tidak bisa dilupakan sangaat banyak di masa ini, mulai dari dipanggil guru BK hingga mengikuti lomba paskibraka walaupun tidak meraih juara sama sekali.

                Setelah melewatkan masa SMA saatnya menginjak pendidikan yang lebih tinggi, niat dari awal setelah lulus SMA adalah masuk di perguruan tinggi kedinasan, saya sangat meremehkan PTN pada saat itu yang saya lakukan hanya mengikuti SBMPTN (Seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri) dan hasilnya tidak ada satupun PTN pilihan saya yang lolos, tidak ada rasa kecewa sama sekali saat itu karena memang tidak ada niat kuliah selain di perguruan tinggi kedinasan, 2 perguruan tinggi kedinasan yang saya pilih dengan senang hati yakni STPI Curug (Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia) dan STP Jakarta (Sekolah Tinggi Perikanan), kebetulan STP tidak masuk dalam program sipencatar sehingga saya bisa memilih kedua sekolah tersebut di tahun yang sama. Tes demi tes saya lalui kedua sekolah kedinasan yang saya pilih tersebut hingga akhirnya pengumuman hasil tes kesehatan di STPI dan nomor saya sudah hilang begitu saja dalam daftar nama catar (calon taruna), sedikit kecewa namun masih semangat karena masih ada cadangan di STP Jakarta.

                Setelah memasuki tahap wawancara dan berhasil tanpa terbata-bata saat di wawancarai, saya merasa yakin akan lolos dan kelak menjadi seorang taruna di STP Jakarta, namun harapan saya berbeda 180 derajat, setelah pengumuman akhir nomor pendaftaran saya tidak muncul alias gagal dalam tes tahap wawancara, disinilah saya mulai kecewa dan akan tetap bertekad sekolah di perguruan tinggi kedinasan tanpa kecuali, akhirnya orang tua saya memberikan saya nasihat dan saya pun sadar akan sangat meruginya diri saya bila menunggu satu tahun untuk pembukaan PTK itupun juga belum pasti akan lolos karena sudah pasti sainganya akan jauh lebih berat dikarenakan ada angkatan yang lulus di tahun 2018, akhirnya hati saya mulai terbuka mencari jurusan yang saya minati, terpilihlah jurusan Sistem Komputer di Gunadarma, setelah melalui jalur tes dan mendapatkan predikat A dimana uang per-smester lebih murah dari predikat dibawahnya, namun tidak bila dibandingkan dengan beasiswa dan peserta yang mendaftar awal-awal setelah pembukaan. Mungkin itulah jalan yang terbaik untuk saya, karena apa yang dianggap baik di mata kita belum tentu baik di mata Tuhan.

KESIMPULAN   : Dalam pengalaman yang saya alami sangat banyak pelajaran yang dapat kita petik terutama janganlah mudah terpengaruh terhadap lingkungan yang buruk di sekitar kita, tetaplah berpegang teguh pada tujuan awal yang kita inginkan, jangan sia-siakan waktu yang kita miliki sebelum penyesalan datang dan yang terpenting adalah selalu berdoa dan meminta perlindungan kepada Tuhan YME.

Sumber                : Ihsan Ernanto P


               

               

No comments:

Post a Comment