Nama : Ihsan Ernanto Putera
Kelas : 1KB07
Dosen : Ahmad Nasher
UNIVERSITAS GUNADARMA
FUNGSI,
PERSYARATAN DAN PENGEMBANGAN PARAGRAF
Fungsi paragraf
Paragraf sendiri
memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Mengekspresikan suatu
pikiran atau perasaan penulis dalam bentuk tulisan ke dalam serangkaian kalimat
yang disusun secara logis.
2. Membantu pembaca
dalam memahami isi atau topik sesuai dengan jalan pikiran penulisnya.
3. Memudahkan penulis
dalam menyusun gagasan – gagasan yang ada di dalam pikiran penulis.
4. Membantu penulis
untuk mengembangkan idenya secara sistematis.
5. Memudahkan pengarang
untuk mengembangkan topik – topik pada paragraf menajdi sebuah karangan lengkap
yang akan dibuat.
6. Paragraf dapat
menjadi sebuah pengantar ide, transisi, isi atau penutup pada sebuah
karangan.
Syarat-Syarat Paragraf
Syarat-Syarat
Paragraf yang Baik - Paragraf adalah kumpulan kalimat yang saling berangkai nan
padu yang membentuk suatu gagasan utama yang ingin disampaikan oleh pembacanya.
Suatu paragraf yang baik harus mencakup beberapa persyaratan sebagai berikut:
1. Kelengkapan (Completeness)
Paragraf yang baik harus memiliki unsur – unsur paragraf yang lengkap diantaranya adalah:
Gagasan utama
Gagasan utama adalah topik utama atau permasalahan yang sedang dibahas dalam suatu paragraf.
Kalimat utama
Kalimat utama adalah kalimat yang mengandung gagasan utama. Kalimat ini memaparkan apa yang akan dibahas pada paragraf tersebut. Letak kalimat utama di dalam sebuah paragraf bervariasi ada yang terletak di awal yang disebut dengan paragraf deduktif, di akhir yang disebut paragraf induktif maupun di awal dan akhir yang disebut paragraf campuran.
Kalimat penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat – kalimat yang mendukung gagasan utama. Kalimat penjelas perlu untuk ditulis karena kalimat inilah yang akan memberikan alasan yang kuat pada gagasan utama. Kalimat – kalimat ini harus mengandung data berupa fakta, contoh maupun alasan yang jelas.
2. Kesatuan (Unity)
Suatu paragraf yang baik juga harus memiliki syarat kesatuan atau unity. Yang dimaksud dengan kesatuan adalah suatu paragraf harus memiliki satu kesatuan gagasan utama beserta dengan gagasan – gagasan penjelas lainnya. Gagasan – gagasan tersebut dikembangkan dengan saling menghubungkannya satu sama lain dengan suatu kesatuan yang utuh sehingga tidak menyebabakan kalimat sumbang di dalam paragraf.
Dengan kata lain, syarat kesatuan akan terpenuhi jika gagasan utama di dalam paragraf terjalin sangat baik dengan gagasan – gagasan penejelas lainnya dan saling mendukung satu sama lain. Jika tidak adanya kesatuan di dalam paragraf, maka bisa dipastikan paragraf tersebut tidaklah baik.
3. Kepaduan (Coherence)
Paragraf yang baik harus memiliki unsur kepaduan di dalamnya. Yang dimaksud dengan kepaduan adalah kalimat – kalimat di dalam paragraf terjalin atau terangkai dengan logis dan serasi. Syarat kepaduan di dalam suatu paragraf terpenuhi dengan menggunakan konjungsi sehingga kalimat – kalimat tersebut menjadi saling berkaitan.
Ada dua macam konjungsi yang dapat digunakan di dalam suatu paragraf, diantaranya adalah konjungsi intrakalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat seperti : sehingga, tetapi, karena, agar, dan sebagainya. Serta konjungsi antar kalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya, seperti : oleh karena itu, namun, disamping, bahkan, jadi, kemudian, dan sebagainnya.
Syarat – syarat di atas penting untuk dipenuhi agar suatu paragraf menjadi baik sehingga para pembacanya mudah memahami apa yang sedang dibicarakan atau dibahas dalam paragraf tersebut.
PENGEMBANGAN PARAGRAF
Secara
garis besar teknik pengembangan paragraf ada dua macam. Teknik pertama,
menggunakan “ilustrasi“. Apa yang dikatakan kalimat topik itu dilukiskan dan
digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga di depan pembaca tergambar
dengan nyata apa yang dimaksud oleh penulis. Teknik kedua, dengan “analisis”,
yaitu apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis secara logika sehingga
penyataan tadi merupakan suatu yang meyakinkan.
Dalam
praktek pengembangan paragraf, kedua teknik di atas dapat dirinci lagi menjadi
beberapa cara yang lebih praktis, di antaranya dengan (a) memaparkan hal-hal
yang khusus (umum-khusus/khusus-umum), (b) memberikan contoh, (b) menampilkan
fakta-fakta, (c) memberikan alasan-alasan, dan (d) dengan bercerita, definisi
luas, atau campuran. Ketiga cara tersebut dapat dilihat pada contoh-contoh
berikut:
1.
Pengembangan paragraf dengan pemberian contoh dalam jenis
pengembangan ini dikemukakan suatu pernyataan, kemudian disebutkan
rincian-rincian berupa contoh-contoh kongkret. Berikut ini contoh pengembangan
paragraf dengan memberikan contoh-contoh: Kesalahan dalam penulisan karya
ilmiah, pada umumnya terletak pada pemilihan kata (diksi) dan penyusunan
kalimat efektif. Kesalahan pemilihan kata yang tepat, di antaranya digunakannya
kata sering, mungkin, kadang-kadang, sangat, danmemang yang mengarah pada
ketidakyakinan penulis akan hal yang dikemukakan. Adapun kesalahan penyusunan
kalimat efektif, misalnya menulis kalimat yang panjang yang di dalamnya
terdapat kata yang tidak perlu, seperti penulisan kata dapat, telah, dan adalah
pada kalimat Dalam bab ini dapat dituliskan dua hal yang telah menjadi temuan
penelitian ini adalah sebagai berikut. Untuk itu dalam menggunakan cara ini,
penulis hendaknya pandai memilih contoh-contoh yang umum, representatif, dan
dapat mewakili keadaan sebenarnya.
2.
Pengembangan Paragraf dengan definisi luasDefinisi luas (definisi
formal yang diperluas) dapat dipakai untuk mengembangkan pokok pikiran. Semua
penjelasan atau uraian menuju pada perumusan definisi itu. Berikut contoh
pengembangan paragraf dengan definisi luas. Karangan eksposisi adalah karangan
yang berusaha menerangkan suatu hal atau sesuatu gagasan. Dalam memaparkan
sesuatu, kita dapat menjelaskan dan memberi keterangan belaka, dapat pula
mengembangkan sebuah gagasan sehingga menjadi luas dan gampang dimengerti. Panjang
karangan tidak dibatasi, bergantung pada kemampuan pengarang dalam memaparkan
atau memberikan penjelasan ide atau gagasan yang disampaikan. Pengembangan
dengan definisi luas tidak hanya berupa paragraf, bahkan dapat pula berupa
sebuah buku. Meskipun demikian, dasar-dasar definisi tetap sama.
3.
Pengembangan Alamiah,
Pengembangan secara alamiah ini seorang penulis dapat menggunakan pola
yang sudah ada pada obyek atau kajian yang dibicarakan. Penulis dapat
menggunakan dua pola. Pertama, pola spesial atau urutan ruang, misalnya
gambaran dari depan ke belakang, dari luar kedalam dan sebagainya. Kedua, pola
kronologis atau urutan waktu, misalnya gambaran urutan terjadinya peristiwa,
perbuatan atau tindakan, tadi sekarang, nanti, besok, dan sebagainya.
4. Pengembangan
Klimaks dan Anti Klimaks, Pembuatan
klimaks dilakukan dengan penampilan gagasan utama yang rinci dari persoalan
yang paling rendah kedudukannya. Sementara itu pengembangan antiklimaks
merupakan kebalikan dari klimaks.
5.
Pengembangan Perbandingan dan Pertentangan, Paragraf perbandingan dan pertentangan ialah
cara pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang , subjek
atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu (Keraf dalam Mudlofar
2002: 99).
6. Pengembangan
Analogi, Pengembangan analogi biasanya
digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah terkenal umum dengan yang
tidak dikenal umum.
7. Pengembangan
contoh-contoh, Gagasan yang terlalu umum sifatnya sulit dipahami. Agar pembaca
menjadi jelas diperlukan ilustrasi-ilustrasi konkret. Ilustrasi konkret inilah
yang nantinya dikembangkan menjadi contoh-contoh.
8. Pengembangan
Akibat-sebab akibat, Hubungan kalimat
dalam sebuah paragraf dapat berupa hubungan sebab akibat dan akibat sebab.
Sebab dapat bertindak sebagai kalimat utama, sedangkan akibat merupakan kalimat
penjelas. Dapat pula sebaliknya , akibat sebagai pikiran utama dan sebab
sebagai pikiran penjelas.
9. Pengembangan
Klasifikasi, Dalam pengembangan karangan
kadang-kadang diperlukan pengelompokan hal-hal yang mempunyai persamaan.
Pengelompokan ini bekerja kedua arah yang berlawanan, yaitu pertama
mempersatukan satuan-satuan kedalam satu kelompok., dan kedua, memisahkan
satuan-satuan tadi dari kelompok yang lain (keraf dalam Mudlofar 2002: 103).
10. Pengembangan
Umum Khusus-Khusus Umum, Cara
pengembangan paragraf umum khusus-khusus umum merupakan cara yang paling umum
dipakai. Paragraf umum khusus dikembangkan dengan meletakkan pikiran utama pada
awal paragraf kemudian rician-rincian berada pada kalimat-kalimat berikutnya.
Sebaliknya paragraf khusus umum, mula-mula dikembangkan rincian-rincian
kemudian pada akhir paragraf disampaikan generalisasinya. Jadi paragraf umum
khusus bersifat deduktif, sedangkan paragraf induktif bersifat khusus umum.
KESIMPULAN : Paragraf
sendiri memiliki fungsi sebagai mengekspresikan suatu pikiran atau perasaan penulis dalam bentuk
tulisan ke dalam serangkaian kalimat yang disusun secara logis. Syarat-syarat paragraf
adalah kelengkapan, kesatuan, dan kepaduan.
Kalimat yang baik harus memiliki gagasan, kalimat utama, dan kalimat penjelas. Suatu paragraf yang baik juga harus memiliki syarat kesatuan atau unity. Yang dimaksud dengan kesatuan adalah suatu paragraf harus memiliki satu kesatuan gagasan utama beserta dengan gagasan – gagasan penjelas lainnya. Gagasan – gagasan tersebut dikembangkan dengan saling menghubungkannya satu sama lain dengan suatu kesatuan yang utuh sehingga tidak menyebabakan kalimat sumbang di dalam paragraf.. Ada dua macam konjungsi yang dapat digunakan di dalam suatu paragraf, diantaranya adalah konjungsi intrakalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat seperti : sehingga, tetapi, karena, agar, dan sebagainya. Serta konjungsi antar kalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya, seperti : oleh karena itu, namun, disamping, bahkan, jadi, kemudian, dan sebagainnya.
Kalimat yang baik harus memiliki gagasan, kalimat utama, dan kalimat penjelas. Suatu paragraf yang baik juga harus memiliki syarat kesatuan atau unity. Yang dimaksud dengan kesatuan adalah suatu paragraf harus memiliki satu kesatuan gagasan utama beserta dengan gagasan – gagasan penjelas lainnya. Gagasan – gagasan tersebut dikembangkan dengan saling menghubungkannya satu sama lain dengan suatu kesatuan yang utuh sehingga tidak menyebabakan kalimat sumbang di dalam paragraf.. Ada dua macam konjungsi yang dapat digunakan di dalam suatu paragraf, diantaranya adalah konjungsi intrakalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat seperti : sehingga, tetapi, karena, agar, dan sebagainya. Serta konjungsi antar kalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya, seperti : oleh karena itu, namun, disamping, bahkan, jadi, kemudian, dan sebagainnya.
No comments:
Post a Comment